Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Pasar Hutan Bambu Toraja To’kumila

11 min read

pasar hutan bambu toraja
pasar hutan bambu toraja
Penari Toraja – Hutan Bambu To’kumila | Dok Pribadi

 Lilpjourney.com | TORAJA – Beberapa tahun belakangan ini isu lingkungan santer diperbincangkan. Organisasi berlatar belakang peduli terhadap lingkungan pun mulai bermunculan. Sebut saja Seasoldier yang punya misi membersihkan laut Indonesia dari sampah, lalu ada Greenpeace yang merupakan organisasi lingkungan berpusat di Amerika yang dikenal paling keras melawan perusakan lingkungan dan Trash Hero yang merupakan organisasi lingkungan yang sering mengadakan aksi clean up melalui chapter-chapternya di seluruh dunia (Indonesia sudah banyak loh yang buka chapter disetiap kota seperti Bali, Jakarta dan Ende). Selain organisasi swasta, pemerintahpun sudah turut serta membangun kebijakan tentang lingkungan, terutama sampah plastik. Tempat wisata berwawasan lingkungan pun mulai dikembangkan. Salah satunya ialah Pasar Hutan Bambu To’kumila Toraja.

BACA JUGA : KAMPUNG OLLON BUKIT TELETUBBIES TORAJA 
 

pasar hutan bambu toraja
Suasana Pasar Hutan Bambu To’kumila | Dok Pribadi
LOKASI 

Pasar Hutan Bambu To’kumila Toraja ini berlokasi di Dusun To’kumila, Desa/Lembang Tonga Riu, Kecamatan Sesean Suloara, Kabupaten Toraja Utara. Ya, Pasar Hutan Bambu To’kumila ini berada di Kecamatan Sesean Suloara yang merupakan salah satu kecamatan di Toraja Utara yang mempunyai potensi wisata alam yang sangat besar, salah satunya Gunung Sesean dan Keburan Batu Lo’ko Mata. Berada di ketinggian rata-rata 1200 mdpl, Pasar Hutan Bambu To’kumila ini dikelilingi dengan pemandangan alam yang luar biasa. Pukul 08.00 saja lautan awan masih menghampar.

pasar hutan bambu toraja

KERJASAMA PEMERINTAH AUSTRALIA

Pasar Hutan Bambu To’kumila yang kedepannya akan diselenggarakan setiap 2 bulan sekali pada hari Sabtu terakhir, ini merupakan salah satu perwujudan Program Inovasi Desa : Penataan Objek Wisata Hutan Bambu yang difasilitasi oleh dana lembang (desa) untuk pembangunan akses sarana penunjang tempat wisata seperti tangga cor untuk memudahkan tracking di hutan bambu. Selain dana lembang, penataan objek wisata Pasar Hutan Bambu To’kumila ini juga mendapat bantuan dari pemerintah Australia yang telah menjalin kerjasama sejak tahun 2017.

 

 

View this post on Instagram

 

 

 

 

A post shared by Ransel Merah Jambu | Blogger (@putriii_santoso) on Jul 2, 2019 at 8:14pm PDT

 

Penataan kawasan hutan bambu To’kumila yang berlangsung selama tujuh bulan ini mendapat bantuan
Direct Aid Program dari pemerintah Australia – Maria Roswati selaku staff Destination Management Organization (DMO) Toraja

Adapun bentuk kerjasama dan bantuan yang diberikan oleh pemerintah Australia berupa dana hibah sebesar 97 juta yang kemudian dikelola untuk persiapan peresmian Pasar Hutan Bambu To’kumila seperti pelatihan warga untuk membuat aneka ragam kerajinan dari bambu, pelatihan kesenian dan gazebo pengunjung serta semua persiapan yang diperlukan untuk grand launching.

TUJUAN 
 
Berlatar suasana asri hutan bambu Toraja dengan udara segar, Pasar Hutan Bambu To’Kumilla berhasil membangkitkan suasana pasar tradisional tempo dulu. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara, Ir. Harli Patriatno, M.Si menyebutkan beberapa tujuan dari Pasar Hutan Bambu To’Kumila ini :
  • Melestarikan hutan bambu, khususnya di Kabupaten Toraja Utara
  • Melestarikan tradisi lokal masyarakat Toraja agar lebih dikenal oleh masyarakat luas
  • Mengangkat produk lokal berbahan dasar bambu yang ramah lingkungan
  • Meningkatkan perekonomian masyakat
  • Menciptakan kesadarakan untuk peduli terhadap lingkungan

 

Kami berharap dengan adanya Pasar Hutan Bambu To’Kumila ini dapat meningkatkan pendapatan daerah khususnya di Lembang Tonga Riu – Tutur Ir. Harli Patriatno, M.Si

pasar hutan bambu toraja
Detik-detik Grand Launching Hutan Bambu To’kumila | Dok Pribadi

Konsulat Jendral Australia, Richard Matthews, menjelaskan bahwa Pasar Hutan Bambu To’Kumila ini mempunyai potensi berkembang yang besar disektor pariwisata. Ia berharap bahwa Pasar Hutan Bambu To’Kumila ini dapat dicontoh oleh daerah lain yang mempunyai potensi pariwisata yang serupa.

Kalau bambu hanya dipotong dan dijual saja, maka akan habis. Jadi alangkah baiknya bila hutan bambu disini dijadikan tempat pariwisata saja agar terus lestari dan dapat dinikmati oleh semua orang serta anak cucu kita. Tutur Richard Matthews.

MATA UANG ‘SENG’ DARI BAMBU

pasar hutan bambu toraja
Koin bambu : 10 seng | Dok Pribadi
Jika berbelanja di food court harus mempunyai kartu deposit uang, Pasar Hutan Bambu To’Kumilla punya ‘mata uang’ nya sendiri. Ialah koin bambu atau disebut ‘uang seng’ sebagai uang untuk berbelanja disini.
Ibu Sarjani La’lang yang merupakan salah satu penggerak Pasar Hutan Bambu To’Kumila menuturkan bahwa mata uang inilah yang nanti menjadi salah satu daya tarik dari wisata Pasar Hutan Bambu To’Kumila ini. Lantas dimana mendapatkan koin bambu ini? Di area pintu masuk pasar hutan bambu, kalian akan menemukan meja tempat penukaran uang yang dijaga oleh ‘baine’ (perempuan) Toraja. Pecahan koin bambu ini ada 5, 10, 20 dan 50 seng. 1 seng itu senilai 1000 rupiah. Jadi bisa dibilang barang-barang dihutan bambu ini serba lima ribu atau kelipatannya.

Oh iya, uang seng ini tidak bisa dirupiahkan kembali ya. Jadi sebelum menukarkan uang, ada baiknya kalian memperkirakan ingin berbelanja apa saja. Ehhh tapi uang seng ini bisa juga dijadikan oleh-oleh dan kenang-kenangan pernah ke Pasar Hutan Bambu To’Kumila. Hehehe.

KEGIATAN DI PASAR HUTAN BAMBU TO’KUMILA

pasar hutan bambu toraja
Katarung atau Tamarella – Pasar Hutan Bambu To’Kumila | Dok Pribadi

Tidak seperti pasar pada umumnya. Pasar Hutan Bambu To’Kumila tak hanya sebagai wadah pertemuan antara penjual dan pembeli, tapi juga sebagai tempat mengenal budaya Toraja lewat berbagai kegiatan yang diselenggarakan disini, antara lain :

  • Tracking area wisata hutan bambu To’kumilla, melewati perkebunan kopi warga dan rumah warga. Pengunjung bisa berinteraksi dengan warga lokal.
  • Aneka buah dan sayur segar hasil pertanian warga
  • Souvenir Toraja : gelang, kalung, gelas bambu, miniatur rumah tongkonan
  • Keranjang belanja bambu
  • Makanan dan minuman tradisional Toraja
  • Pertunjukan kesenian
  • Belajar kesenian Toraja : menyanyi, melukis dan menari

KOMITMEN MENJAGA LINGKUNGAN

pasar hutan bambu toraja
Keranjang Bambu – Hutan Bambu To’kumilla | Dok Pribadi

Sebagai penerapan konsep peduli terhadap lingkungan, di Pasar Hutan Bambu To’Kumila ini TIDAK MENYEDIAKAN KANTONG PLASTIK. Alih-alih menggunakan kantongan plastik, pengelola wisata disini lebih memilih menyediakan keranjang belanja yang terbuat dari bambu sebagai tempat belanja. Harganya pun murah, hanya 15 seng kalian bisa nenteng keranjang bambu ini.Selain keranjang belanja dari bambu, pengelola Pasar Hutan Bambu To’kumilla juga konsisten dalam menghadirkan tema pasar tempo dulu yang menjaga lingkungan dari sampah plastik. Hal ini terbukti dari penggunaan daun pisang sebagai pembungkus makanan, sayur atau buah. Di Pasar Hutan Bambu To’kumila ini juga tidak menjual air minum kemasan sekali pakai. Jadi, kalian harus bawa tumbler kalian sendiri dan kalau kehabisan air, tenang aja disini menyediakan tempat pengisian air minum.

Selain menjaga lingkungan dari sampah, disini juga ditetapkan sebagai kawasan tanpa rokok. Jadi, tolong ikuti semua peraturan ketika kalian datang kemari.

TRACKING SANTAI PASAR HUTAN BAMBU TO’KUMILA TORAJA

pasar hutan bambu toraja
Pakai sendal/sepatu yang nyaman ya untuk tracking ke Pasar Hutan Bambu To’kumila | Dok Pribadi

Di Pasar Hutan Bambu To Kumila ini pengunjung diharuskan tracking santai untuk dapat mencapai area pasar. Pasar Hutan Bambu To’kumila ini terbagai menjadi dua area. Area bawah dan area atas. Sebenernya trackingnya slow aja sih dengan jarak 100-200 meter. Jalan setapaknya juga sudah di cor beton. Hanya sedikit menanjak, jadi lebih nyaman kalau pakai sendal gunung atau sepatu olahraga.

Area Bawah Pasar Hutan Bambu To’kumila
pasar hutan bambu toraja
Sebelum peresmian | Dok Pribadi
pasar hutan bambu toraja
Area Bawah
 Area Atas Pasar Hutan Bambu To’kumila
pasar hutan bambu toraja

Pada peresmian kemarin kedua area di buka. Area bawah di gunakan untuk grand launching, sedang area atas digunakan untuk area
‘pasar’, dimana terdapat stand makanan dan aneka ragam kerajinan bambu yang bisa dijadikan oleh-oleh. Tapi untuk next Pasar Hutan Bambu To’kumila pada tanggal 31 Agustus 2019 hanya area bawah yang dibuka. Dan semua kegiatan : stand makanan dan pertunjukan seni diadakan disini.

MENGHILANG DARI ROTASI BUMI, JUNI TAHUN KE TIGA

pasar hutan bambu toraja
Bersama baine Toraja | Dok Pribadi
NEKAD. Satu kata untuk gue saat memutuskan pergi ke Toraja bulan Juni ini. Bayangin deh, jam 2 siang beli tiket pas lagi makan siang terus langsung pulang untuk prepare, lalu jam 4 baru pulang kantor dan tepat pukul 4.30 sore baru on the way  bandara. Flight jam berapa? JAM 6 DONG! Hahaha. Tapi udah check in duluan. Jangan tanya udah mandi atau belum, karena kalian tau jawabnnya apa. Hahaha
persiapan jalan-jalan
Saat cece ninggalin gue nikah, mereka setia nemenin gue jalan | Dok Pribadi
Berbekal ransel merah jambu berisi make up and shower kit, 9 lembar baju, 1 jumpsuit, 2 buah celana dan satu set peralatan kopi V60 (dripper, 1 pax filter, timbangan dan kettle) serta sepatu converse hello kitty, perjalanan ternekad ke Toraja kali ini dimulai. Untungnya, kali ini di support sama temen-temen baik seperti Titilas Travel yang udah support tiket pesawat untuk trip gue kali iniby the way kalau kalian mau booking tiket pesawat dan kapal laut tanpa ribet atau perlu ekspedisi bisa kontak Titilas Travel yaaaa, Dany yang rela anter jemput bandara Syamsudin Noor, lalu ada Asmitha dan Chaliq yang rela gue gabutin beli tiket bis buat ke Toraja, Jupe La’lang yang nemenin nunggu bis ke Toraja, serta tentu saja kamu, Indra Laxmana, yang rela jemput dari Landorundun ke Makale terus anterin gue ke Enrekang, thanks being part of my journey guys!.
Celakanya kamera mirrorless dan laptop ketinggalan. Hahaha. Se-hectic itu gue saat itu, sampai-sampai benda paling penting ketinggalan. Hahaha. Padahal gede loh bendanya! Ya Allah Putri! Untung masih ada action cam dan iPhone 6 yang sepaket sama totebag. Itupun action cam dalam kondisi low bat >.<

 

 

View this post on Instagram

 

 

 

 

A post shared by Ransel Merah Jambu | Blogger (@putriii_santoso) on Apr 26, 2019 at 7:52am PDT

 

Memaksimalkan SDA
Info mengenai Grand Launching Pasar Hutan Bambu To’Kumila ini pertama kali gue dapetin dari Mama Sarjani, waktu kunjungan ke empat gue ke Toraja, Maret 2019. Waktu itu kami pulang dari sekolah beliau, Mama Sarjani dengan semangat ngajak gue keliling desa ‘jalan kaki’, melihat kehidupan masyarakat Toraja yang bener-bener masih tradisional banget, blusukan ke lokasi Pasar Hutan Bambu To’Kumila yang saat itu masih dalam proses penataan. Waktu pertama gue kesana : masyaAllah luar biasa cantiknya alam di Toraja ini, potensinya besar banget, tinggal meningkatkan kualitas SDM-nya. Dan satu hal yang unik dari hutan bambu Toraja ini, berbeda dengan hutan bambu di Desa Adat Panglipuran Bali, ialah bambu disini ukurannya besar dan tumbuh disela-sela bebatuan. Wow kan?
persiapan ke pasar hutan bambu toraja
Bersama Pak Paulus dan istri, Ibu Debora, dan Shalom | Dok Pribadi
Jum’at subuh tanggal 21 Juni 2019, kaki ini akhirnya melangkah lagi ke Toraja. Ya, tiga bulan sekali gue kesini. Nggak pernah bosen. Sampai di perwakilan Bis Bintang Prima, gue lanjut perjalanan ke rumah Pak Paulus (adik Mama Sarjani) menggunakan sitor (taksi motor), transportasi umum khas Rantepao. Setelah mandi dan sarapan, pukul 8.30 pagi, Pak Paulus, Ibu Debora dan gue berangkat ke Pasar Hutan Bambu To’Kumila.
Hi kamu, entah berapa kali, tapi kota ini smell like you, always.
pasar hutan bambu toraja
Mama Sarjani dan warga saat persiapan Grand Launching | Dok Pribadi
Kecamatan Sesean Suloara memang juaranya view landscape di Toraja Utara (menurut gue sih ya ahahaha). Sepanjang perjalanan mata gue dimanjakan dengan gunung yang masih berselimut kabut, hamparan awan di atas pegunungan dan kebun kopi yang siap panen. Sesekali mobil yang kami tumpangi berpapasan dengan truk rombongan keluarga acara Rambu Solo’. Om kura-kura pernah berpesan, kalau ke daerah gunung di Toraja harus hati-hati walaupun kondisi jalannya mulus, tapi jalannya kecil dan banyak truk/mobil yang melalui jalan itu. Ada laternatif jalan? Nggak ada. One and only like you. Alhasil saat berselisihan dengan mobil lain harus keep calm untuk memberi jalan pada sesama pengguna jalan. Kalau kalian berniat liburan bersama keluarga ke Toraja menggunakan mobil, lebih baik menggunakan jasa tour guide aja, lebih aman. Info tour guide terpercaya bisa kalian dapatkan di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
pasar hutan bambu toraja
Area Atas Pasar Hutan Bambu To’kumila | Dok Pribadi
Sampai di Lokasi Pasar Hutan Bambu

Tepat pukul 10.00 gue dan rombongan keluarga Pak Paulus sampai di Pasar Hutan Bambu To’kumila. Pemandangan saat kami sampai persis seperti foto di atas. Cakep banget kan? Jam 10.00 dan masih berselimut kabut. Pantes sewaktu gue nginap di rumah Mama Sarjani di Landorundun jam 08.00 masih betah berantem sama selimut. Untuk urusan mandi, biasanya sih mandi. Tapi sore. Hahaha. Nggak kuat adek bang mandi pagi.

Setelah tracking 200 meter dari tempat parkir mobil, kami sampai di area atas pasar hutan bambu. Eh, ternyata karena miscommunication dengan mama Sarjani, harusnya kami menuju area bawah dahulu karena peresmian di laksanakan di area bawah, sedang area atas khusus untuk stand makanan, souvenir dan pertunjukan seni.

Tapi sih, nanggung dong ya udah sampai atas, istirahat dulu deh sambil take foto dan video mumpung masih syahdu banget suasananya. Siangan dikit pasti udah kabur kabutnya.Menjelang waktu grand opening, mama Sarjani yang saat itu sedang sibuk berbincang dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara, Ir. Harli Patriatno M.Si, menghampiri gue untuk mengajak ke area grand opening.

 

Putri ayo turun, peresmiannya di bawah sudah mau mulai. Ajak mama Sarjani.

Mama Sarjani yang merupakan salah satu penggiat dan penggerak warga untuk mensukseskan Pasar Hutan Bambu To’Kumila ini turut serta melatih warga disini untuk grand launching. Jalannya sih barengan, tapi mama Sarjani lebih strong dari gue. Cepet banget beliau jalan dan gue tertinggal jauh di belakang. Hehehe. Sesampainya di area bawah, proses grand launcing ternyata sudah mulai. Gue kelewatan dong pas pertunjukan seninya. Tapi enggak apa-apa. Karena di area atas akan ada pertunjukan seni lagi setelah grand launching.

grand launching pasar hutan bambu toraja
Suasana Grand Launching Hutan Bambu To’kumila : Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kepala Lembang Tonga Riu dan Konjen Australia | Dok Pribadi

Jum’at 21 Juni 2019 Pukul 12.00 wita (info dari take foto di HP), ditandai pengan pemukulan gendang, Pasar Hutan Bambu To’Kumila telah resmi di buka oleh Bupati Toraja Utara yang diwakili  Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara, Ir. Harli Patriatno M.Si, dan Konsulat Jendral Australia di Makassar, Richard Matthews. Sebelum grand launching, Pasar Hutan Bambu To’kumila ini telah di uji coba pada tanggal 23 Februari 2019.

Mama Sarjani
Sarjani Landorundun

Sedikit cerita tentang Mama Sarjani La’lang. Fisik beliau memang tak lagi muda. Tapi semangatnya sungguh luar biasa. Salah satu yang bikin gue betah nginap di rumah beliau, walaupun jauh dari kota, adalah cerita-cerita beliau tentang kehidupan masyarakat Toraja. Termasuk impian beliau mensejahterakan masyarakat desa. Beliau yang merupakan Kepala Sekolah SDN 8 Tikala ini memang mempunyai dedikasi yang tinggi untuk pengembangan wisata di kampungnya. Disamping mempunyai tongkonan bernama Kale Landorundun (ada cerita rakyat tentang Landorundun yang bakalan gue ulas di artikel lain) yang sering dijadikan tempat acara baik adat, pariwisata ataupun pendidikan, beliau juga mempunyai sanggar seni. Ah jadi rindu dengan beliau, sosok inspiratif yang mengajarkan gue untuk selalu positif dan optimis dalam menggapai impian.

Koin Bambu

Okay, kembali ke Pasar Hutan Bambu To’Kumila. Setelah proses peresmian selesai, gue naik lagi ke area atas dong. Hal pertama yang gue lakuin setelah sampai di area atas adalah menukarkan rupiah dengan koin bambu, saatnya belanja dan berburu makanan. Hehehe. Laper loh naik turun dua area hutan bambu ini. Apalagi udaranya dingin.

katarung dan susu tedong
Jus Katarung, Susu Tedong dan Piong Bo’bo | Dok Pribadi

Stand pertama yang gue sambangi adalah stand makanan khas Toraja : piong bo’bo. Dengan 10 seng, gue udah dapet dua iris piong bo’bo. Apasih piong bo’bo?

Piong nasi ini dik. Isinya nasi yang dicampur dengan parutan kelapa lalu dimasukkan ke dalam bambu kemudian dibakar – tutur nenek yang berjualan.

Sebenernya, pengen banget belanja sayuran disini. Seger banget! Terus dibawa pulang buat dimasak. Please, kasih gue dapur buat masak. Mau makan apa aja gue masakin deh. Hehehe.

Setelah membeli piong bo’bo, gue ke stand salah satu keluarga mama Sarjani, ibu Adolpina. Sejak kunjungan ke empat pada bulan Maret lalu, tepatnya setelah datang ke pernikahan Toraja Rambu Tuka’, gue jadi kenal dengan keluarga besar mama Sarjani. Karena di pernikahan Toraja, tenda-tenda dikelompokan berdasrkan nama keluarga, misal mama Sarajani La’lang, kumpul dengan keluarga ‘La’lang’. Dan mungkin yang bikin mereka mudah mengenali gue karena penampilan : gadis berambut hijau tutur warga disana. Hahaha. Iya, waktu itu gue dengan PD nya warnain rambu dengan warna hijau. Seinget gue, setiap ke Toraja selalu berbeda warna rambut. Pernah warna hitam, lalu pink, blonde ombre, hijau dan penampilan kali ini seperti foto di bawah. Kenapa sih hobby warnain rambut? Karena gue suka meninggalkan kesan. Iconic? Bagian dari personal branding mungkin. Ahahaha.

Mencoba Makanan Lokal
mencoba susu tedong

Di stand Ibu Adolpina ini menjual buah katarung, jus buah katarung dan susu tedong (kerbau Toraja). Entah faktor laper karena tracking atau emang doyan, gue cobain jus katarung dan susu tedong. Kapan lagi ya kan? Selain Tiga makanan yang gue coba tadi, ada banyak makanan tradisional Toraja yang dijajakan di pasar hutan bambu ini.

Oh My, ini nikmat banget loh. Hutan bambu dengan udara segar, sedikit dingin dan makan piong bo’bo hangat dengan rasa gurih kelapa lalu secangkir susu tedong hangat. Lalu nikmat mana dari Tuhan mu yang mampu kau dustakan?! Kalau kalian datang kesini harus banget cobain susu tedong. Awalnya gue pikir susu tedong ini rasanya amis, eh ternyata
rasanya manis dan sedikit asin. Nyesel kalau nggak cobain. Rasa jus buah katarungnya juga juara loh. Seger banget walaupun tanpa es batu dan pastinya kaya vitamin C.

gelas kayu
Gelas bambu sebagai salah satu kerajinan yang di jual di Pasar Hutan Bambu To’kumila | Dok Pribadi
Mau Berinovasi

Salah satu yang bikin gue salut dengan masyarakat disini adalah sifat patuhnya saat diajak untuk berinovasi. Seperti ketika dihimbau untuk tidak menggunakan pembungkus makanan plastik, mereka menggunakan alternatif daun pisang sebagai pembungkus makanan dan membuat keranjang belanja dari bambu sebagai pengganti kantong plastik. Zero waste. Menghindari terjadinya produksi sampah. Ketika kita memakai bahan alam seperti daun pisang, proses terurainya akan cepat. Berbeda kalau kita menggunakan plastik yang bisa terurai ratusan tahun. Manusianya sudah meninggal, sampahnya masih hidup.

suasan pasar hutan bambu to'kumila
Suasana Pasar Hutan Bambu To’kumila | Dok Pribadi

Dari acara Grand Launching Pasar Hutan Bambu To’Kumila ini gue punya temen-temen baru. Kak Wenef dan Rafa dari Kelas Inspirasi Toraja serta Kak Jufri Tonapa dari Kareba Toraja. Sebagai solo traveller, gue dituntut agar bisa berbaur untuk mendapat dan berbagi cerita serta teman baru. Pada dasarnya masyarakat Toraja mempunyai keramahan yang luar biasa terhadap tamu yang datang dan mereka adalah penutur cerita yang baik, gue nggak mengalami kesulitan selama mengexplore Toraja dan gue selalu merasa ‘I’m home‘.

CATATAN PERJALANAN

sedotan bambu
Sedotan bambu 10 seng 1 paket | Dok Pribadi

Saat mengunjungi Pasar Hutan Bambu To’Kumila, tolong ingat bahwa kawasan ini terlindungi, jadi follow the rules :

  1. Bawa botol air
    minummu sendiri (ada spot isi ulang air)
  2. Membawa tas belanja belanja
  3. Tidak merokok,
  4. Tidak
    membuang sampah sembarangan
  5. Menghormati
    adat budaya setempat.
Bagi kalian yang ingin datang ke Pasar Hutan Bambu To’Kumila, pasar ini selanjutnya akan di gelar pada 31 Agustus 2019.

 

peraturan to'kumila bamboo forest
Follow the rules
Terimakasih untuk Mama Sarjani La’lang dan keluarga yang selalu menyambut hangat kedatanganku. Kepada seluruh warga Kabupaten Toraja Utara, khususnya Lembang Landorundun dan To’kumila yang sudah menyajikan wisata Pasar Hutan Bambu To’Kumila sebagai tempat wisata ramah lingkungan.
totebag dari grand launching
Terimakasih mama Sarjani! Sampai ketemu Desember | Dok Pribadi
Sebenarnya ada satu titik dilema saat menyaksikan grand launching pasar hutan bambu To’kulima ini. Ketika pariwisata kita lebih didukung oleh pemerintah luar negeri. Bantuan mereka baik untuk hubungan diplomasi. Tapi, harusnya peran pemerintah Indonesia lebih mendominasi. Masyarakat Indonesia itu cerdas, hanya perlu peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan potensi di sekitarnya. Semoga, wisata Pasar Hutan Bambu To’kumila ini, mampu membuka perhatian pemerintah bahwa negara kita adalah negara yang sangat kaya, hingga manarik perhatian asing. Segala do’a terbaik untuk negeri tercinta ini.
Pariwisata Berwawasan Alam
Tapi terlepas dari dilema, gue sangat bangga dengan inovasi pariwisata ini. Karena sudah saatnya kita mengembangkan pariwisata yang tidak hanya sebagai sarana liburan tapi juga sarana untuk lebih peduli ke alam. Belajar zero waste dengan mengurangi kantong plastik.
Saat itu gue juga berkesampatan sharing dengan salah satu tamu dari Pemerintah Kota Toraja Utara (maaf lupa nama beliau) tentang penanganan sampah di Toraja Utara.
Kami sangat mengapresiasi wisata pasar hutan bambu To’kumila ini. Karena bisa menjadi percontohan wisata yang ramah terhadap lingkungan. Kedepannya mungkin tempat wisata serupa akan kami kembangkan – tutur beliau.
Teruntuk kalian yang membaca tulisan ini, maaf ya kalau kurang rapi. Gue harap dari ini bisa menumbuhkan kesadaran diri untuk selalu membawa tumbler dan sedotan kalian sendiri. Untuk apa? Untuk kehidupan anak cucu kita yang lebih baik.
Jangan wariskan apapun (apalagi sampah) selain ilmu.
PS
Peluk dari jauh.
Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

58 Replies to “Pasar Hutan Bambu Toraja To’kumila”

    1. iya kak…
      pasar hutan bambu ini agendanya dua bulan sekali dan dilaksanakan pada sabtu terakhir. menurut informasinya rencananya seperti itu kak…

    2. Ooo… kebetulan belum ada rencana ke Sulawesi, sih. Tapi layak dicatat nih. Siapa tahu ada rejeki dan waktunya cocok.

    1. oh ada juga ya kak…tp memang sedotan plastik itu seperti hama sih. dalam satu hari bisa ribuan sedotan plastik terbuang.
      makanya harus mengurangi mulai dari diri sendiri

  1. Sukak banget tempat wisata ramah lingkungan kayak gini. Uang dari bambu, keranjang bambu, dan bungkus daun pisang. Mengedukasi masyarakat dan wisatawan untuk mengurangi penggunaan plastik dan kertas.

    Penasaran sama susu tedongnya, kayaknya seger!

  2. itu ke Toraja berapa kali kunjungan, ini ke-lima ya? Keren! Aku sekali aja belum. Nnti mau tanya2 boleh ya tipsnya kalau kebetulan kesini

  3. Wah masih tentang Toraja yang penuh dengan keberagaman. Dan semakin baca semakin menyesal banyak tempat yang belum dikunjungi di Torajaa heeeuu

    Wah kereen yaa kak pasarnya alam banget dan semua alanya juga ramah lingkungan banget. Tjakep!

    1. Toraja gk akan cukup km jelajahi hanya satu kali kunjungan. percaya deh. hahaha

      di daerah lain mungkin ada yg serupa, tp setiap tempat selalu punya ciri khasnya sendiri

  4. satu set peralatan kopi V60 nya ga boleh ketinggalan ya mba, ahaha…

    Keren banget ini pasar bambunya, jadi pengen ke Toraja lagi, hehehe

  5. Saya pernah lihat konsep pasar ini di Jawa sebelah mana gitu, saya lupa, tapi ini memang bagus banget.

    Di pasar ini tidak boleh merokok atau kamu menyarankan agar tidak merokok? Lelaki toraja itu setau saya rata-rata perokok, jadi kalau hutan bambu ini sampai bisa jadi area bebas dari rokok, itu keren banget sih.

    Terus saya suka kalimatmu yang bunyinya, "… Manusia sudah meninggal, sampahnya masih hidup."

    1. Kalau larangan merokok itu memang himbauan dari pengelola hutan bambu saat grand launching kemaren bang. walaupun masih ada satu dua orang yang merokok, yaaa karena baru pertama diserukan, mungkin pelaksanaan selanjutnya akan lebih tertib.

      karena seperti yang kita tau, umur sampah (plastik) lebih lama dari pada umur manusia bukan?

      btw, kapan nih bisa jalan bareng sambil ngopi? hahaha

  6. Wah keren banget konsep pasar hutan bambu ini ya
    Sampai uang yang akan digunakan untuk transaksi juga sudah dpersiapkan
    Kalau nanti aku ke Toraja, mau banget merasakan belanja di sini
    Nah, jadwal pasarnya gimana kak? Ada setiap hari atau hanya di waktu-waktu tertentu saja?

    1. rencana awalnya dilaksanakan setiap hari sabtu di akhir bulan, setiap dua bulan sekali.
      tp info lengkapnya bisa follow IG : visittorajautara (official IG dinas pariwisata Toraja Utara)

  7. Pasar tradisional Hutan Bambu ini menarik ya, Putri, karena memaksa menggunakan koin bambu sebagai mata uang. Dan mata uangnya beli putus pula, nggak bisa dituker balik, hahahaa… Tapi kayaknya aku butuh guide nih kalau mau pergi ke pasar tradisional gini. Pasarnya sangat nggak konvensional..

  8. Di hutan bambu suasananya adem dan dingin, daku juga bakal milih nggak pakai es deh jus buah katarung-nya biar nggak terlalu kedinginan, nanti bawaannya kalau dingin ke toilet mulu yang ada, hihi

  9. Pas baca judulnya, aku langsung inget Pasar Papringan yang ada di Temanggung.

    Begitu baca penjelasannya, iya nih konsepnya sama persis dengan Pasar Papringan, lokasi pasar ada di hutan bambu, nggak ada pemakaian plastik (di Pasar Papringan bahkan nggak boleh display makanan pakai wadah plastik), dan diadakan oleh masyarakat sendiri.

    Bedanya tentu di jenis makanan dan hasil bumi yang dijual. Ada makanan khas daerah yang cuma ada di daerah itu.

    Aku jadi ingin main ke Pasar To'kumila.

    Btw, nggak semua negara maju dengan sistem yg bagus kegiatan positifnya selalu diinisiasi oleh pemerintahnya kok. Kalo dari komunitas udah bisa bergerak & ada dukungan dari negara lain, menurutku nggak masalah. Yang penting arahnya menuju yang lebih baik.

    1. naaah itu kak… tempat wista berwawasan lingkungan biarpun mirip, gpp. selama tujuannya baik : mengedukasi tentang lingkungan lebih baik tanpa sampah plastik terutama.

      dan walaupun konsepnya sama, tp setiap tempat wisata pasti punya signaturenya sendiri. seperti yg kaka sebutkan td dari makanan yg di jual misalnya.

      bener sih, sekarang komunitas sudah banyak yg bergerak sendiri. selama tujuannya baik, harus di dukung. ^^

      yuk mampir ke sini kalo ke Toraja kak.

  10. Ternyata Pasar To'Kumila ini unik banget. Selain bisa belanja kita bisa juga ikutan keseniannya ya mbak 🙂 Bayarnya pake ala kartu gitu hihihi 1 seng Rp 1.000 ya? Kalau di mall kita kan mirip2 gini deposit dulu. Hutannya masih alamiiii banget kelihatan putih2 gitu dengan suasana gelap2 banyak bambu. Kalau punya kesempatan ke sini, mau lah borong semua aamiin.

    1. Iya kak. Tapi kemaren waktu grand opening masih sebatas pertunjukan seni. Belum bisa belajar. Kedepannya pengunjung bisa belajar langsung tentang kesenian Toraja seperti menari kak.
      Nominal paling kecilnya 5 seng sih kak.
      Iya kak alami banget disini. Jadi kalau pagi masih ada kabutnya hehehe

      aamiin kak semoga bisa kesini yaaa ^^

  11. Kayaknya kalau suatu saat ada rezeki ke Toraja, tulisan-tulisan di sini bakal saya baca lagi. Unik-unik tulisan tentang Torajanya.

    Saya suka banget tuh sama tas bambunya. Kalau[un gak belanja apa-apa, pengen beli tasnya aja boleh, 'kan? 😀

  12. Sekarang di mana mana lagi musim ya membuka pasar pasar begini. Semoga enggak hanya berakhir sebagai trans. Kalau aku sendiri sudah begitu hormat pada Toraja.

    Seneng juga banyak yang lebih peduli pada lingkungan. Semoga terus terus diikuti

  13. Susu Tedongnya begitu menggoda, apalagi diminum bareng-bereng. Mba, artikelnya aku suka, detail dan fotonya ciamik. Aku tunggun next jouney yak

    1. Kalau nanti mampir ke Toraja jangan lupa mampir ke pasar hutan bambu to'kumilla ya kak ^^
      dokumentasi itu penting kak hehehe
      kataya semakin sering jalan, semakin mengasah kemampuan menangkap cerita dan gambar >.<

  14. Yang bikin aku pengen kesana tuh…kabutnya yang tebel juga ya…sama menunya…Kayaknya seger banget sambil menghirup udara berkabut…

    1. banget kak!!! magis banget kalau pagi-pagi ke tempat yang masih berkabut terus menyantap makanan tradisional yang masih hagat. lalalalala ^^
      di tunggu kedatangannya ya kak ^^

  15. sangat ramah lingkungan. uang seng nya unik banget hoho, ditambah lokasi pasar bambunya masih asri sekali sepertinya, banyak kabut-kabut. semoga bisa berkunjung ke sana 🙂

  16. Memang perlu diperbanyak ya pasar seperti ini..

    Smg daerah lainnya bisa mencontoh..

    Biar lebih eco friendly

  17. Yaampun asik bgt tempatnya. Berkabut gitu suasana pasarnya.Toraja memang istimewa seklai dan penasaran pengen liat keunikan budayanya

    Salam
    Kidalnarsis.com

  18. Aduh eksplore Toraja banget mbak Putrinya.. keren ih.. Informatif sekali.

    Itu Tamarella, di Medan disebutnya tiung atau terong Belanda. Enak banget dijus itu.

    Nyaman dan sejuk banget di Lembang Tonga Riu ini mbak.. Terharu banget masih ada yang melestarikan budaya dan hasil bumi lokal lewat pasar bambu begini.. Ulasannya kerennnnn.. two thumbs up mbaaak.

    1. puas banget kemaren kak pas di Toraja yang ke lima ini. berasa depet sesuatu yang bener-bener 'gk bisa di ulang'. makanya nekad kabur dari kantor

      iya kak tamarella kalau dalam bahasa nasional. hehehe

      makasih banyak kak Chaycya ^^ semoga nanti bisa datang ke Toraja kak

  19. Keren banget melestarikan bambu. AKu tu suka bambu kak, maka aku tanam bambu di rumahku, walau dinyinyirin tetangga katanya apalah apalah haha.
    Dulu sblm dibangun rumah komplekku ini bekas pohon bambu, adanya pohon bambu bikin air jd lbh baik.
    Wah kapan ya bisa berkunjung ke pasar bambu d sana 😀

    1. waaah sampai nanam bambu di depan rumah. btw aku juga pengen sih nanam bambu di depan rumah. manfaatnya untuk lingkungan memang banyak. kaya filter air gitu.
      semoga ada waktu dan rezeki untuk ke Toraja yaaa kak ^^

  20. Keren mb… Banyak yang bisa diulik dari tana toraja ya… Kalau pasar semacam itu di Jogja dan jateng juga dikembangkan.. Sebagai destinasi digital yang menarik. Banyak spot foto Yang instagramable..

    1. iya kak. tapi sebenernya poinnya itu tentang membuat destinasi wisata yang juga berwawasan lingkungan dan mengenalkan budaya daerah. jd gk tok jadi tempat foto ^^

  21. Saya belum pernah ke Tanah Toraja..penegn banget ih dulu wkt diceritain suami mupeng banget tapi terus lupa eh baca ini keingetan lagi hahaha kalau ke sana jd ada destinasi tambahan nih..

    1. hehehe iya kak, kalau mau kesini jangan lupa cek IG dinas kebudayaan dan pariwisata Toraja Utara dulu yaaa @visittorajautara
      karena pasarnya gk setiap hari. tp masih bisa di kunjungi pada hari biasa cuma gk ada pertunjukan seni dan gk ada yang jualan makanan tradisional kak ^^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *