Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Benda Berharga itu Bernama Air, Selamat Hari Air!

2 min read

di labengki air berharga

Lilpjourney.com | Environment – Kapan terakhir kali kalian bersyukur menjadi orang Indonesia? Dulu saat gue masih duduk di sekolah dasar, ibu guru sering menyebut bahwa negeri ini adalah negeri yang kaya. Hingga tibalah gue di Sambori. Di sana gue tau, bahwa benda berharga itu bernama air, bukan gadget seri terbaru.

Sambori Bulan September 2017

Mungkin pertama kali gue menemukan tujuan berpetualang adalah saat pertama kali ke Sombori. Perjalanan gratis ini gue persembahkan untuk diri gue sendiri. Ah rindu sekali.

Waktu itu apa ya alasan gue lari dari hirik pikuk dan terdampar di sana? Sepertinya hanya sebatas mencari mood baru untuk berkreasi.

Sambori adalah pulau yang sangat cantik dan menawan. Sangat cantik rupanya hingga membuat siapapun yang kesana akan terkesima. Dan berharap waktu berhenti sebentar atau berharap bisa diam di sana untuk waktu yang lama.

Sewaktu baru lepas dari dermaga gue melihat sebuah pulau yang ramai. Fasilitasnya juga lengkap. Banyak jek sky yang parkir di bibir pantainya. Jadi ekspektasi gue tentang Sambori saat itu mungkin tidak beda jauh.

Tapi saat gue tiba. Gue terkesima. Rasanya gue masuk ke alam lain. Ternyata setelah membelah lautan dengan lumba-lumba yang terjun bebas ke dalam air ada perkampungan yang begitu cantik.

Sampai………..

“Bu maaf, toiletnya di mana ya?,” tanya gue ke ibu penjaga warung. 

Dan si ibu menunjuk lorong yang menuju deretan bilik kamar mandi. Eh kok nggak ada bak airnya ya. Ternyata eh ternyata, kita harus beli air dulu sebelum menggunakan kamar mandi ini.

Ternyata Air itu Berharga

Kondisi saat itu seperti tamparan untuk gue. Sangat kontras dengan kehidupan gue di desa waktu kecil. Air bersih gratis. Hanya tinggal mengambil dari sumur. Rasanya malu kalau ingat dulu sering mengeluh karena lelah menimba air dari sumur.

Bagi pendatang seperti gue, Sambori adalah surga kecil yang sangat indah. Dan rasanya apapun yang gue dokumentasikan dalam handphone dan kamera tidak akan cukup mendeskripsikan indahnya pahatan Tuhan di Indonesia ini.

Sayangnya sarana dan infrastruktur di sana masih jauh dari memadai. Kamar mandi wisata di sana memang bersih. Tidak ada bau pesing. Dikelilingi laut, bukan berarti mereka berkecukupan air.

Setiap tetes air yang digunakan di sana ada harganya. Satu jerigen 5 liter harganya sekitar 10ribu rupiah. Gue yang biasa mandi dengan air bersih mengalir pun harus memutar otak agar “hemat air”. Sebelum pipis beli air. Sisa air disimpan.

Pernah suatu pagi kami kebingungan dengan “ini jerigen siapa”. Sampai diakhir kami hanyar bisa tertawa sambil mengutuk diri sendiri.

“Ah benar, di sini mereka tidak peduli bagaimana jaringan internetmu. Yang terpenting adalah manajerigen airmu,” sahut gue kala itu. 

Dari Mana Sumber Air Bersih Tersebut?

Pertanyaan inilah yang ada dibenak kami. Di mana sih mereka dapat air sampai harganya mahal. Ternyata ada sumber mata air di dekat perkampungan Suku Bajo itu. Tapi yang namanya dekat ini ya nggak mungkin benar-benar dekat.

Nenek yang rumahnya kami tinggali, dengan bahasa Indonesia yang tidak lancar menjelaskan : di dekat sini ada sumber mata air. Tapi untuk mengambilnya harus naik perahu, lalu berjalan naik.

Jadi bisa disimpulkan lokasinya jauh dan sulit dijangkau.

Dilarang Pipis

Tau nggak sih apa yang akan terjadi saat air bersih susah didapatkan? Oh bukan susah. Tapi saat air menjadi berharga? Di mana untuk mendapatkannya kita harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.

Fasilitas umum MCK yang sulit ditemui.

Jadi saat diperjalanan pulang, gue dan rombongan melewati Pulo Cinta. Waktu itu cuaca tidak bersahabat. Gue memutuskan untuk tinggal di kapal. Sedangkan beberapa teman memilih untuk naik ke atas bukit yang dinamakan Pulo Cinta itu. Salah satu motivasi mereka naik untuk menunaikan hajat, pipis.

Alangkah terkejutnya gue ketika salah satu dari mereka kembali dan berkata : eh itu tulisannya fasilitas umum, masa nggak boleh pipis di sana dan katanya untuk yang menginap di resort itu aja.

Gue hanya tersenyum tipis sambil berkata “sabar ya”. Akhirnya kami memutuskan untuk “pipis di laut”. Ah maafkan kami. Bisa jadi salah satu sebab air laut asin adalah keterpaksaan kami kala itu.

Terimakasih FBB kolaborasi bulan Maret yang sudah mengangkat tema air. Menulis inin rasanya sambil jalan-jalan lagi ke Sombori.

Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

6 Replies to “Benda Berharga itu Bernama Air, Selamat Hari Air!”

  1. Wah baru tahu saya kalau ada daerah yang punya air laut melimpah tapi masih kesulitan mendapatkan air tawar bersih, sedih

  2. Luar biasa pengalamannya Mbak Put. Ternyata sampai sekarang masiha da tempat yang harus beli air ya. Aku terakhir ingat pas usia 4-5 tahun. Beli air PDAM 100 per ember, hehe

  3. Paling sengsara itu pas pengalamanku PKL ke desa, duh lupa desa apa. Soalnya desanya agak sulit air bersih dan kalo mau macem-macem (maksudnya mandi, nyuci dll) ya harus ke sungai gitu.

  4. Kebayang gak sih smpe skrg msh ada yg beli air. Hiks. Padahal kalo dipikir bumi ini elemen yg mendominasi ya air. Tp disana sini banyak org yg kekurangan jg. Mknya kita kudu bijak jh dg menghemat air ya..

  5. sayang ya pulaunya belum ada fasilitas air bersih. semoga saja pemerintah setempat bisa mengusahakan air bersih di pulau ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *