Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Keseruan Toraja Highland Festival, Bangkitnya Pariwisata Toraja Utara

8 min read

Toraja Highland FestivalLilpjourney.com | Toraja Highland Festival – Dari atas negeri di atas awan, ternyata masih ada awan. Lama sekali tidak menatap negeri para raja, Toraja. Terakhir berkunjung ke Toraja Utara saat bulan September 2019. Sejujurnya aku lupa alasanku kesana pada waktu itu. Tentunya bukan untuk bertemu ‘kamu’. Tapi seingatku ini adalah perjalanan yang berkesan karena bisa bertemu dengan salah satu petani kopi Toraja.

Untuk Adit

Sejak akhir tahun 2016, aku mulai menyukai kopi. Menikmati kopi dari satu kedai kopi ke kedai kopi lainnya. Awalnya suka dengan cafe latte, hingga akhirnya suka dengan kopi manualan dan tubruk. Berkenalan dengan satu barista, lalu banyak barista.

Aku masih ingat dengan barista pertama yang mengajariku minum kopi filter. Namanya Aditya Ari. Seorang barista yang saat itu masih nge-bar di W Kopi Banjarmasin.

Hai Adit. Lama banget ya kita nggak ketemu sampai akhirnya aku malah dapat kabar dari Instagram story kamu. Selamat jalan Adit. Terimakasih ya saat itu kamu memberikan kopi filter untuk aku.

Mungkin kalau saat itu kamu nggak ngajarin aku minum kopi filter, blog aku akan sepi. Mungkin perjalanan aku nggak akan sampai dititik ini. Adit, aku bukanlah salah satu teman yang dekat sama kamu. Tapi aku salah satu pengagum kopi buatanmu. Andai saat itu kamu nggak jelasin tentang kopi, mungkin aku nggak akan tau apa-apa tentang kopi. 

Selamat jalan Adit. InsyaAllah surga untuk orang baik seperti kamu. 

Semua Karena Kopi

Tahun 2017, setelah akhirnya merdeka dari hubungan yang toxic, aku dan Cece jalan-jalan ke Sulawesi Selatan. Saat itu aku sedang dekat dengan Jay, salah satu owner W Kopi yang tinggal di Surabaya. Dari cowok ini aku belajar banyak hal. Di mana laki-laki dewasa cenderung tidak suka hubungan yang mengikat dan kalau dia serius, ya akan jalan dengan sendirinya. Hahaha.

Sosoknya yang nyebelin dan selalu bilang : kudu strong jadi cewek, juga berhasil mengubahku. Aku yang suka novel roman, dia yang suka sejarah dan budaya. Kami bisa nyambung karena sama-sama suka kopi. Dari dialah aku tertarik dengan Toraja. Terutama dengan kopi dan adatnya. Saat itu, kopi Toraja sedang naik daun di Banjarmasin. Disebut sebagai salah satu kopi terenak di Indonesia hingga mendapat julukan ‘Queen of Coffee’ karena rasanya yang eksotis.

Sepertinya Tuhan saat itu sedang memberikan rencana yang apik. Tiba-tiba kami yang berbeda kota, jarang berkomunikasi, tapi sama-sama ada di Makassar. Ya sudah, akhirnya kami ngopi bareng di Toarco Coffee. Setelah beberapa cangkir kopi kami nikmati, kami berpisah. Ia ke Toraja, sedangkan aku ke Kendari.

Sepulang aku dari Kendari, ia sudah kembali ke Surabaya. Sedang aku dan Cece masih ada rencana untuk ke Toraja.

“Lu harus mampir ke Jak Koffie,” tulis Jay dalam pesan WhatsApp.

Ya! Aku dan Cece mampir ke Jak Koffie dipenghujung perjalanan 12 jam di Toraja. Sewaktu sedang mereview Jak Koffie, aku berkenalan dengan orang Toraja yang satu tahun kemudian membawa aku berpetualang ke acara ma’nene.

Terimakasih Jay dan Jak Koffie yang turut dalam catatan sejarah perjalananku ke Toraja.

Aku Kembali! Toraja Never Ending Story

pemenang lomba blog nasional toraja highland festivalSebuah rapalan magis : Jum’at berkah, mengantarkan aku kembali ke Toraja.

Jum’at, 18 Juni 2021 aku melihat di timeline Instagram ada unggahan baru dari @visittorajautara. Pada rangkaian Event Toraja Highland Festival ada Lomba Blog Pariwisata Nasional dengan tema Toraja Never Ending Story. Aku pun langsung bergegas mengirim pesan ke Kak Abun yang juga mengunggah Instagram Story tentang event ini. Ternyata ia merupakan panita event ini, khusus fotografi.

Waaah ternyata peserta lomba blog yang menang seleksi tahap satu akan diberangkatkan ke Toraja Utara secara gratis! Aku pun langsung menyebar flyer lomba ini ke beberapa grup blogger.

Tanggal 26 Juni 2021, aku mengirimkan artikel Toraja Never Ending Story dengan judul Terjebak Rindu pada Magisnya Toraja. Aku ingat saat itu aku juga sedang persiapan ke Bangka Belitung untuk pelatihan blog bagi para wirausaha.

Sayangnya pada saat kegiatan ini akan digelar, angka positif Covid-19 di Indonesia sedang melambung. Akhirnya event ini pun mundur, begitu pun dengan pengumuman pemenang lomba.

Lalu pada hari Jum’at, 17 September 2021 Mba Malica, yang juga ikut lomba blog, mengirim pesan kalau aku dan mba Malica menang lomba blog tahap pertama. MasyaAllah seneng banget. Kami pun langsung melakukan video call untuk pertama kalinya!

Toraja Highland Festival, Lomba Blog dan Fotografi Tingkat Nasional

Toraja Highland Festival adalah event yang digagas oleh Masyarakat Sadar Wisata dan Geopark Toraja dengan mengusung tema ‘Sinergitas Antarlini untuk Membangkitkan Pariwisata dari Desa Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Bangsa’. Event ini sekaligus menjadi penanda kesiapan pemerintah Toraja Utara dalam membangkitkan ekonomi dan pariwisata pada masa pandemi seperti saat ini.

Toraja Highland Festival untuk memasyarakatkan program- program nasional pada sektor pariwisata, seperti Desa Wisata, Geopark, dan UMKM dengan sasaran generasi muda hingga masyarakat luas,” terang ibu Damayanti Batti ketua Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Toraja. 

Adapun rangkaian event Toraja Highland Festival yang diselenggarakan sejak tanggal 4-10 Oktober ini adalah :

  1. 4 Oktober 2021 berlokasi di Hotel Misiliana : Bulan Inklusi Keuangan
  2. 5 Oktober 2021 berlokasi di Hotel Misiliana : Seminar Nasional
  3. 4-9 Oktober 2021 berlokasi di Lapangan Bakti Ratepao :
    • Vaksinasi
    • Pekan raya Toraja (pameran UMKM dan fotografi)

Selain rangkaian acara tersebut, ada juga lomba blog dan fotografi tingkat nasional yang menghadirkan 3 blogger nasional dan 20 fotografer nasional asal berbagai daerah di Indonesia. Waaah meriah banget kan.

Sejujurnya aku pun masih nggak percaya minggu lalu ada di Toraja! Malam ini, seminggu lalu adalah waktu pengumuman juara lomba fotografi tingkat nasional.

Pertemuan di Bandara Juanda

ketemu di bandara juandaHari Minggu, 3 Oktober 2021 aku, Mba Malica, dan Mba Arai berangkat ke Toraja. Kami janjian ketemu di bandara Juanda Surabaya. Dulu sebelum pandemi, ada penerbangan langsung dari Banjarmasin ke Makassar. Tapi sepertinya sejak pandemi penerbangan ke Makassar harus transit. Salah satu pilihan lokasi transit adalah Surabaya.

Setelah 50 menit perjalanan dengan pesawat ke Surabaya dari Banjarmasin, aku pun menunggu kedatangan mba Malica dan mba Arai. Setelah 30 menit menunggu di ruang tunggu keberangkatan, mereka pun datang.

Ini perjumpaan pertama kami. Aku dan mba Malica sudah saling kenal cukup lama, sejak ikut kelas SEO Blog. Sedangkan dengan mba Arai, aku baru kenal saat tau kami sama-sama menang lomba blog Toraja Highland Festival. Seharusnya selain kami bertiga ada satu lagi, kak Arif Wangsa. Sayang sekali kak Arif tidak bisa hadir.

Selain kami bertiga, ada juga fotografer asal Probolinggo yang turut meramaikan Bandara Juanda siang itu. Mas Prianto. Maaf mas Pri, aku ketawa saat memutar ulang ingatan waktu bertemu di Juanda. Mukamu itu loh polos dan ngeselin. Hahaha.

Seharusnya, pesawat mba Malica, mba Arai, dan mas Pri berangkat satu jam setelah mereka datang. Tapi alhamdulillah pesawat mereka delay. Hahaha. Jadi aku ada teman nungguin jadwal flight ke Makassar yang masih kurang 3 jam. Akhirnya kami pun masuk ke pesawat dalam waktu yang berdekatan. Hehehe.

Menikmati Magisnya Toraja

pias poppiesSetelah sampai di Makassar, kami bergegas memesan taxi online untuk menuju ke titik kumpul di Pixel City. Di sana ada bus elf yang sudah menunggu kami. Tapi sebelum melanjutkan perjalanan ke Toraja, pasukan cacing di perut sudah protes. Warung Coto Anging Mammiri yang berlokasi diseberang Pixel City menjadi tempat pemadam kelaparan kami.

Saat ke kasir, kami dibuat kaget dengan harga coto yang hanya 10ribu! Ya Allah jadi fee job blogger tidak hanya cukup untuk jajan bakso, tapi juga sangat cukup untuk traktir banyak orang di Coto Anging Mammiri.

Sekitar pukul 9 malam, kami berangkat ke Toraja. Sebagian ada yang naik bus elf dan ada juga yang memilih menggunakan sleeping bus. Bus elf yang tadinya sesak, akhirnya menjadi plong setelah beberapa fotografer memilih menggunakan sleeping bus.

Di dalam bus elf, ada ketua rombongan Pace Thaib Chaidar, aku, mba Malica, mba Arai, mas Pri, om Elwan dari Pekanbaru, dan beberapa orang fotografer dari Makassar yang sejujurnya aku lupa siapa saja. Hehehe. Maafkan ingatanku yang buruk dalam mengingat nama orang. Lagi pula, saat itu masih pada jaim kan. Hahaha.

Setelah 9 jam perjalanan, kami sampai di Hotel Pias Poppies. Di sinilah kami tinggal selama di Toraja. Di dekat hotel, ada Kaana Coffee. Salah satu rekomendasi coffee shop Toraja yang wajib kalian kunjungi jika berkunjung ke Toraja.

Pemandangan Hotel Pias Poppies ini juga cantik loh. Ada bukit Singki Rantepao dengan patung salib raksasa dan juga perbukitan Toraja yang setiap pagi bergumul dengan awan.

Hari Pertama Toraja Highland Festival, 4 Oktober 2021

bersama keluarga rambu solo torajaHari pertama Toraja Highland Festival sebenarnya belum ada agenda kegiatan. Hanya technical meeting dan juga mengunjungi Pekan Raya Toraja.

Sambil menunggu peserta fotografer lengkap, kami diajak ke upacara Rambu Solo’ di Lo’lai. Saat kami datang, sedang berlangsung proses mantarima tamu atau menerima tamu. Ketika para fotografer sibuk mencari ‘momen’, kami yang para blogger juga sibuk mencari sasaran untuk menggali informasi. Untung saja ada Om Endy Allorante yang memberikan rekomendasi kepada kami untuk bertemu dan berbincang pada salah satu keluarga.

Detail percakapannya akan aku ceritakan di artikel lombanya ya! Hehehe.

Dua jam di event Rambu Solo’, selanjutnya kami diajak ke Lapangan Bakti Rantepao. Di sana kami disambut dengan deretan frame foto eksotisme Toraja, baik landscape ataupun budayanya.

Ada yang bilang, tak kenal maka tak sayang. Jadi sekitar pukul 5 sore, sesi technical meeting dimulai dan dilanjutkan dengan sesi perkenalan. Ada 20 orang forografer dari berbagai kota di Indonesia yang mengikuti lomba fotografi Nasional bertema Toraja Never Ending Story:

  1. @ranarpradiptoindonesia
  2. @priantopuji
  3. @rickykukeko
  4. @zavhey
  5. @lawerissa
  6. @focusfeelsecond
  7. @ichmunandar
  8. @raiyanim
  9. @agustinuselwan
  10. @fajruliikhsan
  11. @rezzkiki
  12. @mjeffryhanafiah
  13. @imranrosadi_imee
  14. @addas_kadir
  15. @imbajaya
  16. @anjasetiady
  17. @muhsyahid
  18. @muh_rifandi
  19. @hamri_w
  20. @avneevie

Terdapat 5 aspek penilaian untuk lomba fotografi ini, yaitu :

  1. Landscape
  2. Budaya
  3. Daily life
  4. Potret
  5. Arsitektur

Lalu kami yang blogger bagaimana? Ternyata ada perubahan ketentuan lomba blog. Tema menulis on the spot yang awalnya ‘Discover the Sacred Highland’ menjadi ‘Toraja Never Ending Story’. Tanggal penilainnya juga berubah. Yang semula kami harus menulis ditempat dan penjurian dilakukan tanggal 8 Oktober 2021 bersamaan dengan lomba fotografi, mundur ke tanggal 28 Oktober 2021. Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Well, mari berjuang teman-teman, menceritakan Toraja dari sudut pandang masing-masing.

5 Oktober 2021, Hari Kedua Toraja Never Ending Story

pasar bolu torajaHari pertama Toraja Highland Festival mempunyai agenda :

  1. Pasar tradisional Bolu, Toraja Utara
  2. Ke’te Kesu
  3. Pengrajin parang
  4. Desa Pallawa

Enam kali aku ke Toraja, belum pernah sekalipun aku mengunjungi Pasar Bolu. Seneng banget dong bisa ke Pasar Bolu dan melihat aktivitas masyarakat Toraja di pasar tradisional ini. Jika kalian ke pasar ini pada hari pasar, Sabtu, maka kalian bisa melihat berbagai jenis kerbau Toraja seperti saleko dan bonga.

tarian panganda' torajaSetelah berkeliling Pasa Bolu, kami diajak ke Ke’te Kesu. Di Ke’te Kesu kami disambut dengan tarian Manganda’. Berdasarkan beberapa sumber, tarian Manganda’ merupakan tarian peninggalan nenek moyang Toraja yang biasanya digunakan untuk penyambutan tamu.

Setelah makan siang di Ke’te Kesu, kami bergegas menuju lokasi selanjutnya. Pembuatan parang! Beberapa kali melihat eksotisme Rambu Solo’, aku tau bahwa parang Toraja sangat tajam. Lebih tajam daripada tikungan teman tentunya. Hahaha.

Ialah Pong Arnold, sosok pengrajin parang yang sudah lama menekuni profesi ini. Percakapan dengan Pong Arnold tentu akan aku rangkum dalam artikel lomba. Hehehe. Setelah menikmati secangkir kopi di rumah Pong Arnold, kami bersiap menuju lokasi selanjutnya. Desa Pallawa.

Desa Pallawa merupakan salah satu dewa adat tertua di Toraja. Di sini kalian bisa melihat rumah tongkonan dan alang yang berumur ratusan tahun dan masih digunakan sampai sekarang.

6 Oktober 2021, Membunuh Kantuk Demi Berburu Sunrise

tarian pa'gellu lempoPukul 4 pagi, aku sudah mulai merongrong kekhusyukan tidur mba Malica dan mba Arai. Hari ini kami harus sudah siap pukul 5 pagi untuk berburu sunrise Negeri di Atas Awan, Lo’lai.

Sekitar pukul 5.30, kami sudah sampai di Lo’lai. Ada dua lokasi yang kami datangi, To’tombi dan Tongkonan Lempe. Setelah puas bercengkrama dengan indahnya matahari pagi, kami pergi ke salah satu warung dan memesan Indomie. Menikmati Indomie di pagi hari dengan cuaca serah dan semilir hawa dingin, sungguh suatu kenikmatan yang harus kami syukuri.

Setelah bertatap syahdu dengan sunrise Toraja, kami menuju ke acara Rambu Solo’ yang kemarin kami kunjungi. Hari ini ada Ma’tinggoro Tedong atau penyembelihan kerbau. Jumlah kerbau yang disembelih ada 13 ekor.

Ternyata tidak semua tedong disembelih loh. Terus untuk apa? Nantikan cerita lengkapnya di artikel lomba ya. Hehehe. Sepertinya akan menjadi artikel terpanjang yang pernah aku tulis.

Menjelang tengah hari, kami bergegas menuju lokasi selanjutnya. Sesuai feeling ku, jalan yang kami lewati adalah jalan ke rumah Mama Sarjani Landorundun. Dan ternyata benar. Saat teman-teman sedang menikmati landscape Tondok Litak, aku bergegas naik ke rumah tongkonan Mama Sarjani. Sayangnya beliau sedang tidak ada di rumah.

Setelah singgal beberapa menit, kami beristirahat dan menikmati santap siang di Mentirotiku Guest House and Restaurant.

Sekitar pukul 3 sore, semua peserta menuju Lempo. Di sini kami disuguhi tarian Toraja yang bernama Tari Pa’gellu. Tari Pa’gellu adalah tari sukacita yang biasa dipentaskan pada upacara adat di Toraja yang sifatnya riang gembira.

Hari kedua Toraja Never Ending Story ditutup dengan berburu landscape di Buntu Lobo. Tempat inilah yang aku cari sejak dulu! Hahaha. Pernah ke sini sekali setelah pulang dari Erong Lombok Parinding. Tapi lupa nama lokasinya apa.

Mendaki Stone Forest, 7 Oktober 2021

berbincang dengan masyarakat torajaTak terasa sudah berada dipenghujung kegiatan tour Toraja Highland Festival. Agenda hari itu, semua peserta akan diajak menikmati keindahan Danau Limbong Toraja. Aku pernah satu kali ke danau ini. Danau alam yang terlihat tenang dengan warna hijau. Ternyata di Danau Limbong juga menyimpan cerita magisnya Toraja.

Puas mendengar cerita Danau Limbong, kami diajak ke Tangrante Tikala. Di sini kami menikmati piong bo’bo’ (nasi yang dimasak dalam bambu) dan tidak lupa menikmati secangkir kopi.

tarian pa'gellu di tikalaHari ini kami juga disuguhi tarian pa’gellu lagi! Ada 6 orang gadis Toraja yang menari dengan iringan gendang yang ditabuh oleh 3 orang pemuda.

Tak cukup diberikan surprise tarian pa’gellu, kami pun diajak menyusuri objek wisata Marimbunna. Usut punya usut, Marimbunna sendiri juga menyimpan cerita legenda masyarakat Toraja yang mempunyai hubungan dengan Putri Landorundun.

Pengumuman Pemenang Lomba Fotografi Nasional Toraja Highland Festival

pemenang lomba foto toraja never ending storySetelah tiga hari berburu landscape dan budaya Toraja, tibalah pada saat paling mendebarkan bagi peserta lomba fotografi nasional. Pukul 5 sore, semua peserta menuju ke Lapangan Bakti Rantepao. Di pintu masuk sudah ada deretan foto yang menang lomba fotografi. Tapi belum ada tulisan siapa pemenang pertamanya.

Menjelang pukul 6 sore, pemenang lomba fotografi diumumkan. Juara 1 dimenangkan oleh Kak Jefri asal Yogyakarta. Pantas saja kala itu berdendang lagu “Sesuatu Di Jogja”, ternyata kode kalau juara pertama dari Jogja. Kemudian Juara 2 ada Om Agustinus Elwan asal Pekanbaru, Juara 3 Ranar Pradipto asal Depok, Harapan 1 Ricky Elwarin asal Makassar, Harapan 2 Addas Kadir asal Enrekang, dan Harapan 3 Rezky Sugiarto dari Makassar.

Selamat kepada semua pemenang. Karya kalian sungguh sangat luar biasa. Aku cukup tau bagaimana sabar dan perjuangan kalian untuk mendapatkan hasil foto yang bagus. Untuk teman-teman yang belum menang, semoga selalu sukses ya!

Perpisahan

peserta toraja highland festivalSetiap perjumpaan selalu ada perpisahan. Aku pun masih larut dalam ingatan euforia Toraja Highland Festival. Apalagi selama tiga hari di Toraja juga membuka lembar cerita baru, pertemanan baru, dan kenangan baru tentunya.

Terimakasih untuk kebersamaannya. Mohon maaf jika selama berteman mungkin ada salah kata atau tindakan yang kurang berkenan. Jika ada umur panjang, semoga kelak bisa bersua lagi!

Untuk seluruh panitia Toraja Highland Festival, terimakasih sudah menghadirkan event keren ini. Semoga pariwisata Toraja Utara semakin berkembang dan dikenal tidak hanya di dalam negeri tapi juga seluruh penjuru dunia.

Negeriku tercinta, lekaslah pulih.

PS
Peluk dari jauh

Lilpjourney Seorang travel blogger Indonesia yang suka jalan-jalan menyusuri keindahan alam berbalut adat dengan aroma secangkir kopi.

Air Terjun Jaksa di Kecamatan Cisarua, Kota Bogor, Destinasi…

Lilpjourney.com | Air Terjun Jaksa – Salah satu air terjun yang menarik untuk dikunjungi wisatawan di Kota Bogor adalah Air Terjun Jaksa. Wisata ini...
Lilpjourney
1 min read

3 Replies to “Keseruan Toraja Highland Festival, Bangkitnya Pariwisata Toraja Utara”

  1. Waaa mba putri, seruuuu banget rentetan acaranyaaa :D. Aku dari dulu selalu pengeeen ke Toraja mba. Belum kesampaian sampe skr. Tertarik pengen ke negeri di atas awannya Lo’lai. Pasti cantiiiiik Yaa motret sunrise dari sana :).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *